Tak Pernah Kembali

Rifqi Prasetio
Aug 24, 2021

Tetap memerah dan men-delima

Pembicaraan dan sahutan yang meributkan

Lampu pijar yang meraya

Dan kursi kayu yang melintang

Terlalu rapuh untuk bertanya, “Apakah terlambat sudah?”

Terlalu bodoh untukku menerima jawabnya, “Iya.”

Terlalu klise kalau bertanya, “Apakah masih ada kesempatan, masih ada di hati kepunyaanmu?”

Terlalu membuang waktu untuk semua itu.

Kau, tetap begitu-begitu saja

Memesona, waktu berhenti, jam tak lagi berdetik, jantung enggan berdetak, dan kau terlalu jauh untuk diraih

Kembali.

You are sublime

Itu saja.

Tembalang, dua puluh lima agustus, dinihari nan menggigil.

--

--

Rifqi Prasetio

Socio-Politics student. Philosophy, Art and History enthusiast. Half time Thinker, full time God's creature, and her all time admirer.